Rabu, 23 Januari 2013

Dieng

Sesekali menikmati perjalanan ternyata sangat menyenangkan. Hati rasanya tenteram karena tidak terburu-buru waktu. Menikmati perjalanan juga membuat saya menemukan hal-hal sederhana yang menyenangkan untuk diamati. 
Beberapa waktu lalu, di tengah kesibukan, saya memutuskan untuk undur diri sejenak dari hiruk pikuk perkotaan. Asyiknya, perjalanan kali ini tanpa target kapan kami mesti tiba dan pulang. Sengaja memang, tapi setelah melakukannya sekali saya jadi tahu perjalanan yang terburu-buru dan tidak membawa hasil yang sangat berbeda. 
Jadilah saat itu, saya dan teman saya sering berhenti sejenak, sekedar melihat-lihat dan mengabadikan pemandangan melalui kamera kami. Sayang rasanya jika melewatkan suasana ini. Inilah kisah perjalanan kami ke Dieng, yang serupa surga tempat tinggal para dewa dan dewi 

           
















Proses Manajemen Merchandising


BAB I
PENDAHULUAN

Manajemen Merchandising
Agar dapat meningkatkan efektifitas strategi Merchandising dibutuhkan manajemen Merchandising yang efektif, agar strategi yang diterapkan bisa berjalan dengan rapi dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan . Manajemen Merchandising yang efektif meliputi proses sebagai berikut :
Proses Manajemen Merchandising
1) Perencanaan Merchandising
Perencanaan Merchandising atau yang sering disebut dengan Merchandising planing adalah langkah awal dalam manajemen Merchandising, dimana perencanaan awal adalah penentu keberhasilan sebuah strategi. Dalam hal ini perencanaan disesuaikan dengan kondisi toko misalnya dalam perencanaan Pengadaan barang, perencanaan jumlah, perencanaan jenis-jenis barang yang akan dijual di toko, perencanaan waktu, penetapatan harga, Standarisasi kualitas dan desain yang menarik. Kondisi lingkungan setiap toko adalah spesifik dan khas, maka untuk meningkatkan efektifitas strategi Merchandising perencanaan Merchandising harus  mempertimbangkan aspek lokal masing-masing toko dengan menyesuaikan lingkungan toko, segmentasi dan target penjualan yang diharapkan.
2) Implementasi Merchandising
Implementasi Merchandising ini dapat diartikan pula dengan proses Merchandising yaitu segenap upaya yang dilakukan terkait dengan pengadaan dan penanganan barang dengan jenis yang tepat, dengan harga yang tepat/pantas, dalam jumlah yang tepat/cukup, pada saat yang tepat dan ditempat yang tepat pula. Dalam bentuk  yang sederhana Merchandising process memungkinkan terjadinya perputaran barang mulai barang datang, masuk gudang,  dipajang, terjual, kemudian order lagi, dan sterusnya. Oleh karena itu dalam Merchandising process terdapat aktifitasaktifitas fisik seperti mendatangkan barang melalui pesanan kepada supplier (ordering), penerimaan barang (Recaiving), Penempatan barang sementara di dalam gudang (werehousing), pengembalian barang kepada supplier karena barang tidak layak jual (returning), pemusnahan atau pembuangan barang-barang tidak layak jual, hal inilah yang menyebabkan salah satu sumber kerugian (breakage), dan Supplier Store Process Customer Merchandising process inilah total strategi Merchandising diterapkan, mulai dari pengadaan barang, penentuanjumlah, pemilihan produk-produk yang berkualitas, pemilihan desain p roduk yang menarik, penentuan harga yang sesuai dan ketepatan produk. Hingga pada kegiatan penjualan (selling) yaitu pada promosi penjualan, perangsangan pembelian konsumen yang berkaitan dengan tempat, lay out sampai pada product display.
3) Evaluasi Merchandising
Penilaian ketepatan strategi dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait dalam Merchandising process, yaitu :
a) ketepatan produk
b) ketepatan kuantitas
c) ketepatan kualitas
d) ketepatan harga
e) ketepatan waktu
f) ketepatan tempat
g) ketepatan cara jual
4) Umpan balik Merchandising
Setelah proses Merchandising diterapkan di toko di harapkan konsumen akan merasa dimanjakan dan puas berbelanja sehingga mereka akan datang lagi beberapa kali dan menjadi pelanggan. Pada dasarnya konsep untuk memenangkan persaingan dimanapun sama, barang siapa yang memberikan kepuasan lebih banyak kepada pelanggannya, maka dialah pemenangnya. Sehingga dengan penerapan Merchandising secara tepat diharapkan peritel dapat meningkatkan jumlah penjualan dan dapat tetap eksis dalam persaingan yang ketat.

5) Fungsi Merchandising
1. Fungsi Secara Umum
a)      Meningkatkan Penjualan
b)      Menurunnya dampak melemahnya penjualan karena musim
c)      Menghidupkan kembali penjualan pada lantai yang sudah jenuh dan tidak menarik
2. Fungsi Secara Khusus
a)      Menolong pelanggan mengelompokkan barang
b)      Dengan mengelompokkan jenis barang dengan logika urutan dari suatu visualisasi (signed, petunjuk arah, warna, ukuran, dan jenis) pelanggan akan lebih mudah menemukan barang yang dibutuhkan. Barang yang berhubungan bisa didekatkan agar dapat meningkatkan penjualan.
c)      Menarik perhatian pelanggan
d)     Dengan pajangan yang sesuai prinsip visualisasi warna, ukuran, dan keselarasan interior, pelanggan cenderung tertarik dengan apa yang dilihatnya. Fakta membuktikan bahwa barang yang dikenakan pada manekin atau patung manusia dari kayu lebih banyak ditanya pelanggan dari pada barang yang tidak dipajang di manekin.
e)      Membangkitkan perasaan pelanggan
f)       Melalui visual, sentuhan dan aroma pelanggan dapat merasakan barang yang ada secara langsung. Pelanggan lebih berani menyentuh barang yang disukai dan juga melalui aroma produk makanan dan parfum akan sangat menarik pelanggan
g)      Menstimulasi ketertarikan pada produk
h)      Hal ini dapat terjadi melalui kemasan, informasi, atau pamflet/selebaran dalam toko. Penstimilus ini juga baik dilakukan oleh staf front line yang terlatih untuk mempresentasikan produk.
i)        Menolong pelanggan untuk segera membuat keputusan
j)        Banyaknya barang yang dipajang akan menyodorkan banyak alternatif kepada pelanggan.
k)       Mempunyai stok di rak barang-barang yang fast moving
l)        Stok barang harus efisien. Jika toko hanya memajang stok barang yang kurang laku, ini sama artinya dengan tidak mempunyai stok barang.
m)    Menstimulasi staf front liner untuk lebih banyak menjual.
n)      Dengan memajang barang-barang yang dijual, front liner akan semakin mudah menawarkannya kepada pelanggan, karena mereka dapat menekankan aspekaspek kelebihan dan keunggulan barang yang dijual.
o)       Menjaga keamanan stok.
p)      Dengan merchandise yang dipajang rapi dan staf front liner yang bertugas pada tempat-tempat yang telah ditentukan, keamanan barang akan lebih terjaga.
6) Elemen-elemen Merchandising
1. Pengadaan Barang
Menurut Tjiptono (2002:198) pengadaan barang ini adalah suatu layanan yang meliputi ketersediaan barang yang dibutuhkan pelanggan , untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penjualan, dan dibutuhkan keseimbangan antara jumlah pembelian pelanggan dengan pembelian pengecer, serta antara kebutuhan konsumsi dengan ketersediaan barang dagangan pengecer. Dengan mempertimbangkan :
1) Jenis
Jenis barang bisa dibagi menjadi dua yaitu ketepatan produk dan ragam katagori produk.
2) Harga
Harga adalah faktor yang sangat penting dalam menarik perhatian konsumen, sehingga tehnik penetapan harga sangat diperlukan sekali bagi retailer. Selisih harga merupakan pertimbangan konsumen untuk memilih toko, harga murah merupakan sember kepuasan bagi pelanggan yang sensitive, karena mereka mendapatkan value for money yang tinggi, komponen harga ini sangat penting terutama terhadap kepuasan konsumen (Irawan, 2002:38).
Ada tiga faktor yang berpengaruh dalam menentukan harga suatu barang, yaitu biaya, persaingan, dan pelanggan.
a) Biaya
Biaya disini maksudnya adalah biya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Total biaya adalah harga minimum. Untuk mengurangi terlalu banyaknya stok barang atau karena menjelang kadaluawarsa, barang bisa dijual dengan harga dibawah atau sama dengan harga minimum. Akan tetapi, pada prinsipnya, harga minimum harus dihitung agar dapat menentukan berapa besar profit yang akan diambil.
b) Persaingan
Berapa banyak kita menjual barang diatas harga minimum tergamtung seberapa ketat persaingan. Apakah dengan ekstra profit penjualan akan dapat meningkat ataukah akan semakin menimbulkan
penurunan.
c) Pelanggan
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketia menetapkan harga barang dilihat dari sisi pelanggan yaitu, Bagaimana reaksi pelanggan bila harga barang lebih mahal dari pada harga pesaing Apak mereka menghargai semua kelebihan barang yang kita jual dan bersedia membayar lebih mahal dibandingkan dengan pesaing. Harus ada alasan unutuk menentukan harga sehubungan dengan aspirasi pelanggan.
3) Ketepatan Jumlah
Jumlah barang yang hendak disediakan peritel dalam gerainya terkait dengan rencana penjualan dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat mengurangi resiko kekurangan stok maupun kelebihan stok barang dagangan. Dalam hal ini menurut Tjiptono ada dua factor yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a.       Righ number of unit yaitu jumlah yang tepat atas satuan/unit barang yang akan dijual (kilogram, meter, lusin dan lain-lain)
b.      Righ size of product yaitu ukuran yang tepat dari barang dagangan seperti (small, medium, large dan extra large dan lain-lain) Selain itu jumlah barang yang disediakan di suatu gerai hendaknya mempertimbangkan peramalan jumlah pembelian dengan melihat data tahun-tahun sebelumnya agar jumlah barang yang disediakan tepat dengan jumlah penjualan.
4) Waktu
Menurut Ma’ruf (2005:143) ketepatan waktu ini berhubungan dengan faktor musiman dari produk yang disediakan didalam gerai dan product life cycle. Dan faktor pergantian musim yang mempengaruhi permintaan akan produk-produk tertentu akan meningkat, dimana meskipun faktor musiman datang berulang tetapi perlu menjadi perhatian juga bagi retailer bahwa setiap pengulangan musim selera konsumen pun juga berubah, karena sifat konsumen yang selalu menginginkan hal-hal baru, sehingga hal itu juga harus diperhatikan. Penentuan jumlah juga harus memperhatikan daur hidup produk atau Product life cycle yang dalam siklusnya akan mengalami masa “lahir” atau saat launching, tumbuh atau berkembang dan masa matang atau menurun (Ma’ruf, 2005:142)
2. Penanganan Barang
1) Ordering (Pemesanan)
Pemesanan Adalah aktifitas untuk mendatangkan barang melalui pemesanan kepada supplier dengan cara dan prosedur yang baku atau umum berlaku yaitu dengan membuat PO (Purchase Order) atau pesanan pembelian dan mengirimkan PO tersebut kepada supplier. Setelah kegiatan pemesanan supplier mengirimkan barang kepada retailer dengan memberikan RR (receiving report) atau laporan penerimaan faktur, RR dan PO tersebut nantinya akan menjadi dasar untuk penagihan dan penanganan kemungkinan-kemungkinan barang kembali atau terjadi kesalahan.
2) Receiving (penerimaan barang)
Aktifitas receiving dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian barang yang telah dikirim oleh supplier kepada retailer dengan pesanannya hal ini dilakukan dengan cara melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas yang disesuaikan dengan dokumen pengiriman.
3) Warehousing (penggudangan)
Warehousing adalah penempatan barang sementara didalam gudang sebelum dipajang didalam toko. Barang yang disimpan digudang hanyalah bersifat sementara, karena ruang toko tidak cukup untuk menampung barang-barang sesuai kebutuhan penjualan dalam periode waktu tertentu, sehingga dibutuhkan adanya cadangan persediaan.
4) Returning (pengembalian barang)
Adalah aktifitas pengembalian barang kepada supplier karena tidak layak jual dengan kondisi yang biasanya telah diatur dan disepakati antara supplier dengan retailer pada negosiasi awal. Ada alasan-alasan mengapa barang dikembalikan:
a) barang rusak (unsaleable)
b) Kelebihan persediaan (over stock)
c) Kadaluarsa (Expired)
5) Breakege/Wastage (membuang atau memusnahkan)
Kegiatan membuang atau memusnahkan barang karena kondisi :
a.       Unsaleable (kegagalan penjualan) Kegagalan penjualan ini adalah tidak  terpenuhinya target penjualan yang telah direncanakan.
b.      Unreturnable (barang yang tidak dapat dikembalikan) Tidak semua barang yang dipesan dari  supplier dapat direturn atau dikembalikan dengan alasan apapun, sehingga barangbarang yang tidak layak jual harus dibuang atau dimusnahkan.
3. Cara Penjualan Barang
1. Tempat
Ketepatan tempat merupakan faktor penting dalam bisnis ritel, dimana bisnis ritel sangat bergantung pada banyaknya jumlah pengunjung, adapun beberapa hal yang secara umum mempengaruhi kelangsungan bisnis ritel dalam menciptakan traffic pengunjung atau kepadatan pengunjung untuk membeli.
2. Lay Out
Lay out dan lokasi produk sangat penting dalam strategi Merchandising. Jika bagian interior tokomampu menangkap dan menahan pelanggan, maka kamungkinan pembelian konsumen semakin besar, Lay out didefinisikan sebagai pengaturan bagian selling, lorong, rak pajang, serta pemajangan barang dan alat yang saling berhubungan dan menjadi elemen yang menyatu dalam struktur bangunan. Tujuan dari lay out ini adalah memaksimalkan penjualan dan mempertahankan profit dengan selalu mempertimbangkan kenyamanan pelanggan.
Penempatan produk sering disebut dengan product siting yang juga termasuk dalam lay out, yaitu usaha untuk menempatkan suatu produk dalam kelompok yang sejenis, agar calon pembeli dapat melihat produk-produk tersebut sebagai pilihan dari beberapa merek, dan agar calon pembeli merasa leluasa dalam memilih dengan perbandinganperbandingan dari barang-barang sejenis dengan merek yang berbeda, sehingga ada rasa puas setelah mereka menetapkan pada salah satu pilihan
3. Promosi
Berbeda dengan iklan yang bertujuan untuk membangun citra dan keaadaran dalam jangka waktu yang panjang tujuan promosi penjualan lebih pada bentuk motifasi yang lebih intensif dalam merangsang konsumen. Promosi penjualan ini bisa diaplikasikan dalam berbagai model diantaranya sale/harga diskon, demonstrasi, sampling, harga premi, kupon atau voucher belanja, undian, kontes dan banyak lagi aktifitas toko yang bertujuan untuk menarik perhatian guna merangsang pembelian.
4. Iklan
Sacara umum tujuan periklanan ada tiga, pertama, untuk meningkatkan. Kedua, untuk persuasive dan membandingkan. Ketiga, informative. Adapun cara periklanan didalam toko adalah dengan POS atau POP. Product Point of sales (POS ) atau Point of Purchase (POP) adalah kegiatan untuk menarik perhatian calon pembeli dengan cara memasang alat reklame yang memiliki banyak jenis dengan tujuan menginformasikan kepada pembeli keberadaan suatu produk yang tersedia di toko, seperti poster, roundles atau hanging mobile yaitu informasi semacam reklame yang digantungkan di dekat produk, product hangers dan sebagainya

Study kasus Proses merchendasing minimarket alfamart
Berikut merupakan aspek-aspek utama yang terlibat dalam menjalankankegiatan usaha PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
A.    Pemasok
Alfamart sebagai salah satu peritel terbesar di Indonesia dalam format minimarket, senantiasa menyediakan beragam jenis barang dengan mutuyang baik dan harga kompetitif. Dalam upaya untuk menarik konsumen,Alfamart menyediakan barang-barang lebih dari 5000 SKU yang meliputi produk kebutuhan rumah tangga dasar sehari-hari seperti sabun, shampoo,sikat gigi, susu, telur serta makanan/minuman ringan dengan kualitas bertaraf nasional dan internasional. Untuk menunjang hal tersebut, SAT melakukan pembelian barang-barangnya dari sekitar 400 pemasok aktif,yang keseluruhannya merupakan pemasok local. Dalam menjaga hubungan antara SAT dengan pemasok, Merchandising merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan operasi karena berhubungan langsung dengan pemasok. Peran merchandising akan sangat mempengaruhi kualitas dan ragam barang yang dijual dalam geraiminimarket Alfamart. Departemen merchandising SAT mempunyai tugasutama yaitu:
         Menetapkan jenis barang dagangan yang akan dijual dan melakukan review produk ecara berkala dengan marketing .
         Melakukan negosiasi harga pembelian dan persyaratan dagangan (trading terms) yang meliputiantara lain harga beli, listing fee , sewa menyewa gondola dan partisipasi promosi.
         Menentukan harga penjualan danmargin penjualan termasuk melakukan benchmarking harga penjualanAlfamart terhadap pesaing.
         Melakukan business review dengan para pemasok secara berkala untuk mengevaluasi pencapaian penjualandan perkembangan pasar produk terkait.
         Melakukan pengembangan produk   private label untuk menawarkan alternatif produk berkualitas denganharga kompetitif bagi pelanggan SAT sekaligus meningkatkan margin penjualan serta meningkatkan brand awareness Alfamart.


B. Distribution Center  (DC)
Barang-barang yang telah dibeli dari pemasok, sebagian besar dipusatkan di DC sebelum disalurkan ke masing-masing gerai, namun untuk  beberapa jenis barang seperti es krim, roti, buah dan telur disalurkan kemasing-masing gerai. Proses penyaluran produk yang efisien merupakan kunci utama kesuksesan DC. Pembagian ruang DC dibagi dengan ruang penyimpanan utama ( warehouse ) dan ruang khusus untuk penyimpanan barang-barang dengan sifat khusus seperti coklat, obat-obatan, kosmetik, baterai, rokok dan majalah ( Over The Counter /OTC).
C. Gerai Minimarket
Pemilihan gerai minimarket merupakan salah satu keputusan pentingdalam usaha pengembangan SAT. Sebelum memutuskan untuk membuka gerai di suatu lokasi, SAT melakukan survey dan evaluasi terlebih dahulu dengan cermat dan teliti. Survey dilakukan oleh tim khusus SAT yang memantau dan melakukan studi kelayakan serta mengumpulkan danmemperoleh gambaran mengenai situasi demografi seperti jumlah kepadatan penduduk, kepadatan lalu lintas, fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar lokasiseperti bank dan ATM, serta informasi mengenai gerai-gerai sejenis yangtelah ada dan yang akan dibuka untuk mendapatkan gambaran mengenaitingkat dan potensi persaingan serta prospek dari lokasi tersebut.

Pengoperasian Gerai ( Store Operations)
1.      Persediaan
Setiap tipe gerai memiliki tingkat persediaan barang minimum yangharus dipantau secara rutin. Berikut adalah proses pengiriman barangdagangan dari DC ke masing-masing gerai:
         Proses operasional SAT dimulai dari pengiriman barang dagangan dari para pemasok ke masing-masing DC. Untuk barang dagangan yang tidak bisa disimpan terlalulama dan harus dijaga tingkat kesegarannya, pemasok langsungmengirim barang dagangan tersebut ke gerai-gerai.
         Setiap akhir hari ( End Of  Day /EOD), masing-masing gerai menyampaikan rekapitulasi datamengenai penjualan, persediaan barang dagangan dan permintaanatas barang dagangan untuk memenuhi tingkat persediaan minimum.Proses ini dilakukan secara otomatis melalui sistem yangdikembangkan oleh SAT sehingga tercapai tingkat akurasi dankecepatan tinggi.
         Dari data yang diperoleh, sistemsecara otomatis mengidentifikasi barang-barang dagangan yang perludisiapkan untuk didistribusikan kepada masing-masing geraikeesokan harinya.
Untuk menjamin tingkat akurasi persediaan barang dagangan, SATmelakukan pemeriksaan dagangan (stock opname) secara berkala.Perbedaan jumlah fisik barang dagangan dengan pencatatan (inventory shrinkage) pada umumnya disebabkan oleh faktor internal karena kesalahan penanganan barang dagangan, faktor eksternal dan sifat alami barang dagangan yang dapat menyusut atau rusak. SAT jugamenerapkan batas toleransi atas kerusakan maupun kehilangan barangdagangan.
2.  Karyawan
Setiap gerai rata-rata memiliki 8-10 karyawan berdasarkan luas geraiyang terdiri dari kepala toko, asisten toko,merchandiser, pramuniagadan kasir. Para karyawan bertanggung jawab untuk memantau penjualandan persediaan barang dagangan. Selain itu para karyawan harusmempunyai pengetahuan serta informasi yang lengkap mengenai produk yang dijual, termasuk lokasi atau tata letak dari masing-masing produk maupun pengawasan terhadap mutu produk serta barang dagangan yangtersedia ( product handling ) dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan (customer handling )
3.  Jam kerja
Kebijakan SAT tentang jam kerja disesuaikan dengan jam buka gerai.Gerai beroperasi tujuh hari dalam seminggu dimulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 yang terbagi dalam dua  shift kecuali gerai-gerai yangterletak pada lokasi yang sibuk dan padat dapat beroprasi 24 jam yangterbagi dalam tiga  shift. Pada hari libur nasional dan hari-hari tertentu dilokasi-lokasi tertentu, jam buka gerai dapat diperpanjang ataudisesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.


4.      Penampilan Gerai
SAT berkeyakinan bahwa penampilan dapat mempengaruhi daya tarik konsumen untuk berbelanja dan dapat memberikan persepsi yang baik tentang kualitas produk dan pelayanan. Maka dalam hal tersebut, SATmenerapkan penataan barang yang menarik, pencahayaan yang cukup, penyusunan barang sesuai dengan kategorinya, menjaga tersedianyakeragaman barang serta menjaga kebersihan dan kerapihan.Selain sebagai area penjualan, SAT juga menyewakan beberapa areastrategis di dalam lingkungan gerai sebagai media promosi produknya,seperti  front  dan end gondola dan floor display kepada pihak ketiga, baik  produsen maupun pemasok. Bila lokasi memungkinkan, SAT juga menyewakan lokasi yang berada di luar gerai halaman atau area perkir sebagai area untuk memasarkan serta menjual produk atau barang bagiusaha kecil menengah (UKM), khususnya UKM setempat dengan biayasewa yang terjangkau. Bentuk kerjasama ini merupakan salah satu bentuk kepedulian SAT terhadap pengembangan UKM setempat.5.
5. Store Management
Untuk mengelola gerai dalam jumlah yang besar, SAT menerapkan standar pengelolaan gerai dengan penekanan pada aspek pengendalian hal-hal berikut:
         Pengendalian persediaan barangdagangan khususnya yang terkait dengan penetapan kuantitas persediaan,  product handling  dan stock opname .
         Pengendalian penjualan terutama pemantauan atas setiap indikasi yang dapat mempengaruhi kenaikanatau penurunan penjualan, antara lain mencangkup display , promosidan pelayanan.
         Pengendalian laba kotor dengan pemantauan kontribusi penjualan dari masing-masing kategori barang dagangan untuk mencapai laba yang optimal.
         Pengendalian biaya, yaitu pengendalian biaya operasional gerai baik rutin maupun non rutinseperti biaya, listrik, telepon, kantong plastik, perlengkapan gerai,dan lainya Pengendalian administrasi denganmemantau implementasi dari setiap prosedur atau  standard operating procedure (SOP) gerai terutama yang terkait denganadministrasi barang dagangan atau penjualan.
         Pengendalian lingkungan untuk menciptakan ketertiban dan kenyamanan di lingkungan sekitar gerai,antara lain dengan membangun hubungan yang baik dengan wargasetempat.
         Pengendalian pendapatan gerai diluar penjualan barang dagangan, antara lain dengan memantaukerjasama sewa dengan supplier di dalam area penjualan maupun tenant di luar area penjualan gerai.




KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Strategi yang diterapkan Alfamart telah tepat dan menjadikan perusahaanmempunyai keunggulan bersaing, yaitu:
         Jaringan distribusi yang luas dengan lokasi gerai-gerai minimarketAlfamart yang tersebar luas dan strategis
         SAT memiliki tim yang solid dan berpengalaman di bidangnya
         Merek dagang yang cukup dikenal
         Keragaman merek pada gerai dan merek  private label ”Pasti”

B.     SARAN
Berdasarkan pembahasa diatas,dapat diambil beberapa saran sebagai berikut:
a.       Pelaku bisnis ritel di Indonesia terdiri dari perusahaan lokal dan perusahaanasing, sehingga menyebabkan persaingan yang tinggi dalam industri ritel.Untuk menghadapi keadaaan tersebut, SAT harus terus melakukan inovasi dan melihat peluang untuk memajukan perusahaan
b.      Dalam indsutri ritel, konsumen sangat sensitif terhadap harga. Untuk memenangkan persaingan pada industri ritel, maka Alfamart perlu menekan biaya produksi dengan cara efisiensi sehingga SAT dapat menjual produk dengan harga kompetitif
c.       Membina hubungan baik dan mempererat kerjasama dengan pemasok agar mendukung prosesinbound logistic dengan perolehan harga yang lebihrendah dari pemasok
d.      Mempertahankan keunggulan distribusi dan lokasi serta memperluas jaringan distribusi ke seluruh wilayah di Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar dan tercapai skala ekonomi
e.       Memenuhi keinginan pasar dengan menjaga keragaman produk yangdibutuhkan konsumen serta pelayanan yang unggul.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M Taufiq. 2005. Manajemen Ritel . Penerbit PPM : Jakarta
Kotler, Philip.  1997.  Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol.  Terjemahan.  PT Prenhallindo.  Jakarta.
Kotler, Philip dan Amstrong, G. 2002. Prinsip-prinsip Pemasaran. Penerbit
 Erlangga : Jakarta
 Fandy Tjiptono., 2002. Manajemen jasa, Edisi Kedua. Andi offset, Yogyakarta.
Hendri, Ma’ruf, 2006, Pemasaran Ritel, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://www.alfamartku.com/

GAMBARAN UMUM TENTANG MANAJEMEN RITEL


A.    PENDAHULUAN

Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.
Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.

B.     PENGERTIAN
Manajemen ritel adalah pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang ebrpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Sering kali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya menjual produk-produk di toko. Tetapi retail (ritel) juga melibatkan pelayanan jasa layanan antar ke rumah-rumah. Tidak semua ritel dilakukan ditoko. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail (ritel) adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Produsen menjual produk-produknya kepada peretail maupun peritel besar (wholesaler). Peritel besar ini juga kerap disebut sebagai grosir atau pedagang partai besar. 
Secara Harfiah Ritel / Retail = eceran, dan peritel / retailer = pengecer, atau pengusaha perdagangan eceran.
Menurut Kamus, retail adl penjualan barang atau jasa kepada khalayak (Manser, 1995)
Definisi bisnis ritel adalah :
a.       Penjualan kepada konsumen akhir
b.      Motivasi pembelian konsumen adalah kepentingan tersendiri dan tidak untuk dijual, atau paling tidak lebih dari separuh penjualannya adalah kepada konsumen untuk kepentingannya sendiri

Ruang Lingkup Bisnis Retail
Bisnis retail tidak hanya sekadar merupakan penjualan barang secara fisik, tetapi juga meliputi penjualan jasa. tiket pesawat, warnet, jasa telekomunikasi. Penjualan Jasa ini disebut “Real Services”. Selain itu yang termasuk didalam penjualan barang (Complementary services) yakni : layanan pesan antar, jaminan, leasing, dan fasilitas kredit. Pengertian Bisnis retail tidak hanya mencakup sebuah took tapi juga aktivitas sejenis yang tidak menggunakan tempat khusus dalam proses jual beli dan direct selling. Disini yang berperilaku sebagai retailer adalah grosir, wholesaler, dan manufacture.


Fungsi Ritel
Ritel merupakan tahap akhir proses distribusi dengan dilakukannya pnjualan langsung pada konsumen akhir. Dimana bisnis retail berfungsi sebagai perantara antara distributor dengan konsumen akhir, Retailer berperan sebagai penghimpun barang, took ritel sebagai tempat rujukan. Ritel berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi.

Klasifikasi Ritel
1. Klasifikasi deskriptif
Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan :
a. tipe  kepemilikan (type of ownership)
b. tipe keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried)
2. Klasifikasi strategic
Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu :
a. margin/turnover strategy
b. retail price and service strategy
c. strategic group classification
d. gross margin – merchandise type classification
3. Klasifikasi tingkat pelayanan
Dibagi menajadi :
a. penjualan eceran swalayan
b. penjualan eceran dengan memilih dendiri
contoh : toko baju dipasar
c. penjualan eceran dengan penjualan terbatas
contoh : toko elektronik
d. penjualan eceran dengan pelayanan penuh
contoh : toko perhiasan,butik

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu
1.      Place,
2.      Price,
3.      Produck dan
4.      Promotion

STRATEGI PERTUMBUHAN RITEL 
Ada empat jenis pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel yaitu
1.      penembusan pasar
2.      perluasan pasar,
3.      pengembangan format ritel dan
4.      diversifikasi.

Kesempatan penembusan pasar meliputi usaha-usaha langung terhadap konsumen yang ada dengan menarik konsumen pada target pasar sekarang yang tidak berbelanja di tokonya untuk lebih sering mengunjungi toko tersebut atau untuk membeli lebih banyak barang pada tiap kunjungan. Pendekatan lain adalah dengan penjualan silang yaitu dengan menjual barang-barang tambahan pada konsumen. 
Kesempatan perluasan pasar menggunakan format ritel yang ada dalam segmen pasar baru. Dalam hal ini segmen pasar ditetapkan didipertajam untuk memenuhi selera dari target pasar yang ingin dibidik secara tersendiri. 
Pengembangan format ritel meliputi penawaran format ritel baru, misalnya dengan menggunakan internet marketing atau e-commerce sehingga konsumen bisa berbelanja tanpa harus ke lokasi. 

Trend Industri Ritel
Industri retail (ritel) berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari:
1.      Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel.
2.      meningkatnya konsentrasi industri.
3.      Globalisasi dan
4.       Penggunaan berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen.

Saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail (ritel) yang berbeda. Masing-masing format ritel menargetkan pangsa pasar yang berbeda dan yang semakin meningkat. Tiap jenis retail (ritel) menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada retail (ritel) yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda. Pada awalnya retail (ritel) adalah bisnis lokal. Saat ini, konsep ritel yang berhasil disebuah negara telah berkembang secara global. Ritel biasanya tergantung pada apa yang dinamakan keunggulan bersaing di negara tersebut:
a.       Pasar Domestik yang semakin Jenuh
b.      Di Amerika Serikat, banyak peritel gagal karena banyaknya para pelaku pasar yang memiliki kesamaan produk yang dijual. Hal ini mendorong peritel tersebut melakukan ekspansi ke luar negeri. Sistem dan Keahlian. Saat ini peritel memiliki kemampuan mengatur toko-toko yang ada di luar negeri dengan lebih baik karena kemampuan mereka dalam mengelola sistem informasi dan distribusi yang lebih mudah ditransfer dari negara asalnya.
c.       Hilangnya batasan perdagangan. Kebijakan perdagangan internasional yang menghapus berbagai hambatan dalam perdagangan seperti WTO atau NAFTA.
SALURAN DISTRIBUSI:
Saluran tradisional, masing-masing pihak mempunyai tugas yang terpisah.
Saluran penjualan tradisional telah berubah menjadi saluran vertikal, dimana dalam beberapa jalur distribusi barang dagangan, produsen, pedagang besar dan peritel ditangani oleh perusahaan-perusahaan independen yang bukan merupakan anggota saluran distribusi. Saluran vertikal merupakan saluran distribusi yang melibatkan sekumpulan perusahaan anggota saluran. Biasanya mereka mengggunakan integrasi vertikal yang terdiri dari produsen, pedagang besar, dan peritel yang bertindak sebagai satu sistem yang terintegrasi.
Sistem pemasaran vertikal ini dapat didominasi oleh produsen, pedagang besar, atau peritel. Sistem ini muncul akibat adanya upaya anggota saluran yang lebih kuat untuk mengendalikan perilaku saluran dan menghilangkan konflik yang terjadi bila para anggota saluran independen mengejar tujuan mereka sendiri. Contoh, kebanyakan peritel besar di AS seperti Wal-Mart dan Home Depot maupun Makro di Indonesia melakukan dua aktivitas sekaligus, yaitu penjualan grosir dan ritel. Mereka membeli secara langsung dari produsen, mengirimkan barang-barang dagangan ke gudang untuk disimpan, dan kemudian mendisribusikan barang-barang tersebut ke toko-toko mereka.

Format Ritel Baru
Selama 20 tahun terakhir ini, telah banyak bermunculan format ritel-ritel baru. Konsumen saat ini dimungkinkan untuk membeli produk yang sama dari format ritel yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak mudah melakukan pengklasifikasian ritel, mengingat beberapa ritel dengan format yang berbeda ternyata menyediakan barang dengan jenis yang sama. Sebagai contoh, sebuah hypermarket menyediakan pula sejumlah produk fesyen (busana) maupun elektronik.
Di sisi lain terdapat beberapa tipe ritel baru yang dapat berdampingan dengan ritel tradisional. Ritel-ritel tersebut menawarkan keuntungan-keuntungan berbeda bagi konsumen sehingga konsumen menjadi tertarik untuk membeli pada ritel tersebut. Ritel sebelumnya hanya bertindak sebagai bisnis lokal yang dikelola dan dioperasikan oleh orang-orang yang menetap dalam komunitas yang sama dengan lokasi bisnis ritel. Namun saat ini fenomena tersebut sudah berubah. Berbagai ritel asing seperti Walt-Mart, Giant, dan Carrefour mulai menjadi perusahaan global yang mampu melakukan ekspansi pasar hingga ke berbagai negara di dunia.

Perbedaan yang Mendasar dan Terus Berkembagn dalam Format Ritel
Sejalan dengan munculnya beragam format ritel baru, saat ini konsumen dapat membeli barang yabng sama dari sejumlah ritel berbeda. Contohnya hypermarket yang menekan keberadaan supermarket dalam format ritel barang dagangan kategori makanan di Indonesia. Masing-masing format ritel menargetkan segmen pasar yang berbeda dan yang menggambarkan tren atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan yang semakin meningkat. Supermarket (dengan luas area antara 1.500-3.000 meter persegi) dapat dikategorikan sebagai format utama sedang format lain yang lebih kecil adalah minimarket seperti Alfa Minimarket. Ritel jenis ini biasanya berupa toko yang lebih kecil yang dibangun di lokasi pinggiran kota. Tiap jenis ritel menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada ritel yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda.



  DAFTAR PUSTAKA

Amir, taufiq 2005. “Manajemen Ritel”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bob Foster. 2008. “Manajemen Ritel”. Alfabeta, Bandung
Utami. Christina Widya. 2006. “Manajemen Ritel ”, Jakarta : salemba Empat
www.wikipedia.com diakses 22 Maret 2012 pukul 20.00 WIB